Rabu, 27 Januari 2021

LEMAHNYA PERAN PUBLIK PEREMPUAN WAMENA

 LEMAHNYA PERAN PUBLIK PEREMPUAN WAMENA

   Peran publik itu menyangkut partisipasi dan kontribusi bagi kepentingan umum lewat pemikiran, karya, dan interaksi.

Bentuknya bisa jabatan pemerintahan, jabatan politik, peran dalam adat, dalam kehidupan keagamaan, dalam wacana publik. Peran publik berbeda dengan Domestik {Rumah tangga} yang mengurus kepentingan pribadi dan keluarga dalam lingkup rumah tanggga singkatnya, peran publik daam hal ini menyangkut posisi perempuan dalam berbagai posisi strategis seperti pemimpin politik , pejabat pemerintahan, pelopor/ {pembuka jalan / perintis} gerakan masyarakat sipil , berbagai posisi yang berpengaruh bagi perubahan sosial jangka panjang seperti intelektual, jurnalis, penulis, dalam berbagai genre, pendidikan, pemimpin di bidang budaya dan keagamaan, dan berbagai posisi strategis lainya.

Contohnya pekerjaan pekerjaan publik, membutuhkan pikiran yang mendalam, keterampilan yang rumit dan kepemimpinan yang besar di dominasi oleh laki-laki dan sebaliknya pekerjaan pekerjaan domestik, sederhana, dan bersifat melayani didominasi oleh perempuan.

Jika itu yang terjadi di pemerintahan, pendidikan dan ekonomi maka mari kita melihat ke adat. Adat orang wamena jelas sangat patriakis. Tidak ada dalam sejarah  orang wamena  bahwa he kain. Pertemuan pertemuan yang berkaitan dengan adat juga jarang sekali menghadirkan perempuan, kalaopun perempuan hadir, kesempatan untuk mereka berbicara sangat sedikit sekali bahkan kadang tidak ada upacara adat pun hampir semua dipimpin oleh para laki-laki. Bagian perempuan dalam pertemuan- pertemuan adat hanyalah menyediakan makan dan minum dan tentu saja mendengarkan hasil keputusan para laki-laki.

Lalu dari segi agama. Meskipun tidak ada peraturan dalam gereja yang serta merta mendiskriminasikan perempuan, tetapi posisi perempuan juga hampir sama dengan adat,dan pemerintahan. Pimpinan semua gereja jelas di dominasi oleh kaum laki laki selain itu gerakan masyarakat sipil di wamena yang mengatasnamakan kelompok perempuan dan menyuarakan persoalan ketidakadilan juga belum ada. setidaknya nama dan gerakan selama ini belum perna jadi perbincangan di permukaan. berbagai posisi yang berpengaru bagi perubahan sosial seperti intelektual, jurnalis, penulis dalam berbagai genre, pemimpin di bidang budaya dan keagamaan wajah perempuan juga masi kurang .

Jelas bahwa peran publik perempuan  wamena masi sangat lemah dan dominasi laki-laki masi sangat kuat. Ada ketidak seimbangan antara laki-laki dan perempuan di wamena dalam mengakses, berpartisipasi,dan mengontrol proses pembangunan. Isu kesetaraan dan keadilan  gender yang suda cukup lama menjadi isu nasional bahkan internasional. Nyaris tidak muncul di tingkat lokal wamena ini masalah!

Keterpinggiran perempuan barangkali kita anggap biasa dan seakan akan  alamia, dan begitu adanya. Namun ketidakseimbangan itu sebenarnya adalah sebuah fenomena sosial dalam kehidupan kita sebagai akibat dari kontruksi sosial yang diskriminatif berdasarkan pada jenis kelamin. Dan perbedaan itu pada akhirnya memunculkan perbedaan citra,sifat, peran, nilai, dan posisi perempuan dan laki-laki dalam masyarakat. Singkat kata eksklusi perempuan sebenarnya hasil dari sturuktur dan kultur yang diskriminatif secara gender.

Dengan begitu muncul beberapa pertanyaan besar terutama bagi kaum perempuan wamena dan seluruh masyarakar wamena

-  Mengapa perempuan wamena tidak memiliki kehadiran dan peran publik yang siknifikan ?

-  Apakah ini merupakan bukti bahwa kesetaraan gender itu masi sangat jau dari kehidupan orang wamena ?

-  Sejau mana ketidaksetaraan gender seperti ini merupakan persoalan sistemik sebagai akibat dari sebua kontruksi sosial yang suda terjadi begitu lama dan yang suda diwariskan  secara turun temurun?

-  Perubahan radikan macam apa yang dibutuhkan untuk memutus mata rantai eksklusi dan marjinalisasi perempuan di tengah masyarakat kita ?

Previous Post
Next Post

BIKIN HIDUP LEBIH HIDUP

2 komentar: