LEMAHNYA PERAN PUBLIK PEREMPUAN WAMENA
Contohnya pekerjaan pekerjaan publik, membutuhkan pikiran
yang mendalam, keterampilan yang rumit dan kepemimpinan yang besar di dominasi
oleh laki-laki dan sebaliknya pekerjaan pekerjaan domestik, sederhana, dan
bersifat melayani didominasi oleh perempuan.
Jika itu yang terjadi di pemerintahan, pendidikan dan
ekonomi maka mari kita melihat ke adat. Adat orang wamena jelas sangat
patriakis. Tidak ada dalam sejarah orang
wamena bahwa he kain. Pertemuan pertemuan yang berkaitan dengan adat juga jarang
sekali menghadirkan perempuan, kalaopun perempuan hadir, kesempatan untuk
mereka berbicara sangat sedikit sekali bahkan kadang tidak ada upacara adat pun
hampir semua dipimpin oleh para laki-laki. Bagian perempuan dalam pertemuan-
pertemuan adat hanyalah menyediakan makan dan minum dan tentu saja mendengarkan
hasil keputusan para laki-laki.
Lalu dari segi agama.
Meskipun tidak ada peraturan dalam gereja yang serta merta mendiskriminasikan
perempuan, tetapi posisi perempuan juga hampir sama dengan adat,dan
pemerintahan. Pimpinan semua gereja jelas di dominasi oleh kaum laki laki
selain itu gerakan masyarakat sipil di wamena yang mengatasnamakan kelompok
perempuan dan menyuarakan persoalan ketidakadilan juga belum ada. setidaknya
nama dan gerakan selama ini belum perna jadi perbincangan di permukaan.
berbagai posisi yang berpengaru bagi perubahan sosial seperti intelektual,
jurnalis, penulis dalam berbagai genre, pemimpin di bidang budaya dan keagamaan
wajah perempuan juga masi kurang .
Jelas bahwa peran
publik perempuan wamena masi sangat
lemah dan dominasi laki-laki masi sangat kuat. Ada ketidak seimbangan antara
laki-laki dan perempuan di wamena dalam mengakses, berpartisipasi,dan
mengontrol proses pembangunan. Isu kesetaraan dan keadilan gender yang suda cukup lama menjadi isu
nasional bahkan internasional. Nyaris tidak muncul di tingkat lokal wamena ini
masalah!
Keterpinggiran perempuan barangkali kita anggap biasa dan seakan akan alamia, dan begitu adanya. Namun ketidakseimbangan itu sebenarnya adalah sebuah fenomena sosial dalam kehidupan kita sebagai akibat dari kontruksi sosial yang diskriminatif berdasarkan pada jenis kelamin. Dan perbedaan itu pada akhirnya memunculkan perbedaan citra,sifat, peran, nilai, dan posisi perempuan dan laki-laki dalam masyarakat. Singkat kata eksklusi perempuan sebenarnya hasil dari sturuktur dan kultur yang diskriminatif secara gender.
Dengan begitu muncul beberapa pertanyaan besar terutama bagi
kaum perempuan wamena dan seluruh masyarakar wamena
- Mengapa perempuan wamena tidak memiliki
kehadiran dan peran publik yang siknifikan ?
- Apakah ini merupakan bukti bahwa kesetaraan
gender itu masi sangat jau dari kehidupan orang wamena ?
- Sejau
mana ketidaksetaraan gender seperti ini merupakan persoalan sistemik sebagai
akibat dari sebua kontruksi sosial yang suda terjadi begitu lama dan yang suda
diwariskan secara turun temurun?
- Perubahan
radikan macam apa yang dibutuhkan untuk memutus mata rantai eksklusi dan
marjinalisasi perempuan di tengah masyarakat kita ?
Mantap ayak syg hormat
BalasHapusWaaa hormat
Hapus